White Flower 50

Recent in Technology

Sekilas Tentang Pirit



      Tanah Gambut

Tanah gambut terbentuk dari kumpulan bahan organik (sisa-sisa jaringan tumbuhan seperti akar, batang, dan cabang pohon), dimana proses penguraiannya menjadi tanah berlangsung sangat lambat, bahkan ada yang berumur sekitar 10.000 tahun sejak tanah ini terbentuk.  Tanah gambut umumnya selalu jenuh air atau terendam sepanjang tahun, kecuali dikeringkan (drainase) melalui parit-parit pembuangan air.  Berdasarkan letak lahannya, tanah gambut

ada yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut maupun air sungai, yang akan mempengaruhi kondisi air yang terkandung dalam tanah (asin/payau atau tawar).  Adapun berdasarkan ketebalannya, lahan gambut dibedakan menjadi 5 tipe yaitu lahan bergambut (kurang dari 50 cm), gambut dangkal (50 – 100 cm), gambut sedang (100 – 200 cm), gambut dalam (200 – 300 cm), dan gambut sangat dalam (lebih dari 300 cm).  Lapisan tanah yang berada di bawah gambut pada lahan bergambut dan gambut dangkal dapat berupa tanah endapan yang mengandung pirit maupun tidak mengandung pirit serta tanah pasir.


Pirit

Apakah pirit itu?  Pirit adalah mineral tanah yang mengandung unsur besi dan belerang, disebut juga bahan sulfidik (rumus kimianya FeS2).pirit kerap dijuluki para ahli tanah sebagai raksasa tidur di lahan rawa. Ia aman selama tertidur, tapi berbahaya saat terbangun. pirit biasanya terdapat pada tanah hasil endapan pantai yang terbentuk dalam kondisi payau atau asin. Lapisan tanah yang mengandung pirit lebih dari 0,75% disebut sebagai lapisan pirit.  Kedalaman lapisan pirit di tanah dapat dibedakan menjadi 4 macam: dangkal (kurang dari 50 cm), sedang (51 - 100 cm), dalam (101 - 150 cm), dan sangat dalam (lebih dari 150 cm). 
Apa tanda-tanda bahwa pada lahan terdapat lapisan pirit?  
Tanda-tandanya adalah:

(1) Lahan dipenuhi oleh tumbuhan purun tikus; 
(2) Di tanggul saluran terdapat bongkah-bongkah tanah berwarna kuning jerami.  Pada bagian yang terkena alir terdapat garis-garis berwarna kuning jerami; 
(3) Bongkahan tersebut berbau belerang; dan 
(4) Di saluran drainase (pembuangan), terdapat air yang mengandung karat besi berwarna kuning kemerahan.
Bongkahan tanah berwarna kuning jerami atau karat besi pada air sebenarnya terjadi karena pirit teroksidasi.  Proses oksidasi ini hampir mirip dengan kejadian besi yang berkarat akibat terus-menerus terkena air di udara terbuka. Tanaman menjadi rusak dan keracunan bila pirit teroksidasi.  Mengapa?  Karena, bila pirit teroksidasi unsur besi yang terkandung di dalam pirit berubah bentuk dan bersifat racun bagi tanaman.  Bukan hanya itu, proses oksidasi pirit juga menyebabkan tanah menjadi lebih masam.  Karena, ion hidrogen (H), yang merupakan penentu tingkat kemasaman tanah, banyak dilepaskan selama proses oksidasi tersebut.  Selanjutnya, tanah yang masam menyebabkan ion aluminium (Al) yang ada di dalam tanah terlepas dan bersifat racun bagi tanaman. Mari kita bayangkan kondisi di dalam tanah yang jenuh akan ion besi dan aluminium yang terlepas akibat oksidasi pirit.  Ibarat magnet yang selalu mencari logam di dekatnya dan segera menempelnya, ion besi dan aluminium yang jenuh di dalam tanah akan menarik dan menempel ion fosfat (PO4) yang ada di dalam tanah sehingga tidak dapat diserap oleh akar tanaman.  Akibatnya, akan terjadi kekurangan unsur fosfor (P) dalam tanah.  Padahal unsur fosfor diperlukan tanaman untuk pembentukan bunga dan buah.
Jadi, karat besi pada air seperti yang sering terlihat di Tanjung Putri dan Tanjung Terantang sebenarnya bukan dibawa oleh pasang air sungai atau laut.  Melainkan, akibat oksidasi lapisan pirit yang sebenarnya berada di bawah lapisan gambut.  Mengapa lapisan pirit bisa sampai teroksidasi?  Ini bisa terjadi karena lapisan pirit terangkat ke permukaan ketika pengolahan lahan.  Atau, drainase (pembuangan) air melalui parit dilakukan secara berlebihan sehingga air tanah turun dan lapisan pirit terbuka serta mengalami kekeringan.  Pembakaran lahan gambut secara terus menerus juga akan menyebabkan resiko pirit teroksidasi karena lapisan gambut akan menipis akibat pembakaran sehingga lapisan pirit di bawahnya akan terbuka.  Bila lapisan pirit dalam tanah telah terbuka, proses oksidasi pasti akan terjadi saat lapisan ini terkena air, baik dari pasang air sungai atau laut maupun hujan.


Selain merugikan bagi pertumbuhan tanaman, bila tanah gambut terlanjur mengalami oksidasi pirit dibutuhkan biaya mahal untuk pemulihannya.  Unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman seperti besi dan aluminium membutuhkan waktu lama sampai bisa tercuci habis oleh aliran air.  Sedangkan untuk mengatasi kemasaman tanah dibutuhkan pemberian pupuk fosfat alam, kapur pertanian, atau kapur dolomit dalam jumlah besar.  Karena itu, menghindari terjadinya oksidasi pirit seharusnya menjadi pertimbangan utama kita dalam mengelola lahan gambut.  Salah satu caranya adalah dengan mengelola lahan gambut melalui penataan lahan (misalnya menjadi sawah, tegalan, atau hutan), jenis, dan pola tanam yang sesuai dengan tipe lahannya. 

Ad Code

Responsive Advertisement