Jagung Manis (Zea Mays Saccharata) adalah salah
satu kelompok budidaya/kelompok kultivar jagung yang cukup penting secara
komersial, setelah jagung biasa (juga biasa disebut jagung ladang atau field
corn). Keistimewaannya adalah kandungan gula (terutama sukrosa) yang tinggi
pada waktu dipanen. Pemanenan untuk produksi selalu dilakukan pada saat muda
(tahap "masak susu", kira-kira 18-22 hari setelah penyerbukan
terjadi).
Rasa manis pada waktu panen terjadi karena jagung ini
mengalami mutasi pada satu atau beberapa gen yang mengatur pembentukan rantai
polisakarida, sehingga bulir-bulir jagungnya gagal membentuk pati dalam jumlah
yang cukup banyak. Akibat kegagalan ini, ketika mengering bulirnya akan
mengeriput.
Berbeda dengan jagung ladang, jagung manis biasanya tidak
dijual sebagai pakan ternak, melainkan sebagai konsumsi manusia. Pengolahan
jagung ini dapat direbus, dibakar, maupun dijadikan bubur. Jagung manis dalam
klasifikasi perdagangan dikelompokkan sebagai sayur-sayuran meskipun jagung
ladang dikelompokkan sebagai palawija. Ini disebabkan karena jagung manis
dijual segar dan mudah rusak (perishable). Rasa manis tidak bertahan lama (satu
sampai empat hari saja) sehingga "masa simpan" menjadi salah satu
penentu kualitas yang penting.
Budidaya jagung manis (Zea mays saccharata) lebih rentan
dari serangan hama dan penyakit dibanding jagung biasa. Namun dari sisi nilai
jual, jagung manis menawarkan harga yang lebih baik sehingga animo budidaya
jagung manis tak pernah surut. Karena sifatnya yang bisa dikonsumsi langsung
seperti jagung bakar atau jagung rebus, pasar jagung manis terbuka sampai ke
tingkat retail.
Jagung manis berkembang dari tipe jagung biasa jenis dent dan
flint. Pada jagung manis terjadi mutasi gen resesif yang menghambat perubahan
gula menjadi pati. Kadar gula pada jagung manis meningkat mulai hari ke-5
hinggan hari ke-15.
Budidaya jagung manis bisa dilakukan dalam kisaran iklim
yang luas. Tanaman ini memiliki tingkat adaptasi yang tinggi. Di Indonesia
jagung manis bisa dibudidayakan mulai dari dataran rendah hingga pengunungan
dengan ketinggian 1.800 meter dpl bahkan dibelahan dunia lain bisa tumbuh pada
3.000 meter dpl. Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung manis adalah 21-27oC,
pada masa perkecambahan benih 23-27oC. Secara teori budidaya jagung manis bisa
tumbuh di atas tanah dengan tingkat keasaman 5-8 pH.
Budidaya jagung manis tidak akan maksimal apabila kebutuhan
hara tidak tercukupi. Tanaman ini memerlukan unsur nitrogen (N) dalam jumlah
besar. Namun pemberian pupuk harus memperhatikan keseimbangan antara nitrogen,
kalium (K) dan pospat (P).
Pengolahan lahan secara organik
Budidaya jagung manis bisa ditanam di lahan bekas sawah
secara langsung atau bisa dibuat bedengan. Apabila lahan yang dipakai bekas
sawah, usahakan agar lahan tidak tergenang air. Bedengan pada tanaman jagung
berfungsi untuk mengatur saluran drainase. Bedengan bisa dibuat dengan ukuran
lebar 1 meter dan tinggi 20-30 cm. Atur jarak antar bedengan sebesar 30 cm.
Dalam satu bedeng bisa ditanam dua larik tanaman.
Pemupukan Dasar untuk budidaya jagung manis organik
sebaiknya campuran dari pupuk kotoran ayam dengan kotoran sapi atau kambing
dengan komposisi 1:1. Pupuk kotoran ayam memberikan kadar N yang banyak dan
lebih cepat terurai, sedangkan pupuk kotoran sapi atau kambing lebih kaya akan
K dan P. Kebutuhan pupuk dengan metode organik adalah sekitar 5 ton per hektar.
Penanaman dan Perawatan
Penanaman jagung manis paling efektif dengan cara ditugal.
Buatlah lubang sedalam 2-3 cm kemudian masukan 2 butir benih jagung. Setelah
itu tutup dengan tanah dan kompos, kemudian siram agar kelembaban tanah
terjaga. Kebutuhan benih budidaya jagung manis adalah 8 kg per hektar.
Jarak tanam pada budidaya jagung manis adalah 60-75 cm.
Jarak tanam ini mengikuti jumlah populasi ideal tanaman. Budidaya jagung manis
akan munai hasil baik dengan menjaga populasi tanaman sebanyak 34.000-37.000
tanaman per hektar.
Pengendalian Hama & Penyakit
Hama yang banyak ditemukan dalam budidaya jagung manis
antara lain penggerek, penggerek tongkol, belalang, kutu daun dan tikus.
Berikut sifat-sifat hama pada tanman jagung manis:
Penggerek batang jagung (O. furnacalis), hama ini menyerang
tanaman pada vase vegetatif maupun generatif. Kerusakan tanaman terjadi karena
larva menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan. Penggerek
batang jagung bisa dikendalikan secara teknis dengan mengatur rotasi tanam
seperti dengan kedelai dan kacang tanah. Selain itu bisa juga dengan dengan
memotong bunga jantan dan menerapkan waktu tanam yang tepat. Pembasmian hayati
dengan memanfaatkan musuh alami seperti Trichogramma spp. atau predator alami
Euborellia annulata yang memangsa larva.
- Ulat Tongkol (H. Armigera)
Hama ini menyerang tongkol
jagung. Pada awalnya imago meninggalkan telur pada rambut-rambut jagung.
Setelah larva tumbuh akan masuk kedalam tongkol. Hama ini mempunyai kebiasaan
berpindah-pindah, sehingga kerusakan yang ditimbulkan pada tongkol jagung bisa
lebih banyak dibanding jumlah larvanya. Pencegahan terhadap hama ini adalah
dengan menerapkan pengolahan tanah yang baik. Pengolahan tanah yang akan
mengurangi populasi ulat tongkol berikutnya. Musuh utama dari hama ini adalah
Trichogramma spp. yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa
parasit pada larva muda.
Hama ini mengeluarkan embun madu pada
daun yang berubah menjadi jelaga warna hitam. Noda-noda tersebut akan
menghambat daun melakukan fotosintesis. Musuh alami hama ini adalah Lysiphlebus
mirzai, Coccinella sp. dan Micraspis sp. Kultur teknis yang bisa dilakukan
untuk menghindari serangan hama ini dengan melakukan polikultur tanaman atau
menumpangsarikan jagung manis dengan tanaman lain.
Hama ini banyak berkembang didataran
rendah yang berupa padang rumput atau pesawahan. Beberapa musuh alami belalang
adalah Systoechus sp., burung dan laba-laba. Selain itu patogen seperti
Metarhizium anisopliae merupakan musuh belalang. Metarhizium anisopliae
merupakan bahan biopestisida yang sanggup mengendalikan 70-90% hama belalang.
- Tikus (Rattus Argentiventer)
Hama ini biasanya menyerang
tanaman jagung manis yang ditanam di lahan sawah. Tikus memakan tongkol muda
yang sedang matang susu, umumnya tikus memakan tongkol dari ujung hingga
pertengahan pangkal. Pengendalian hama tikus secara organik adalah dengan
memburu dan membasmi tikus dari sarangnya.
Disamping hama, budidaya jagung manis tidak terlepas dari
serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun cendawan. Berikut
beberapa penyakit yang sering menyerang tanaman jagung manis terutama yang
ditanam di daerah tropis:
- Bule (Peronosclespora Maydis)
Gejala penyakit bule adalah
permukaan daun bergaris-garis putih sampai kuning diikuti dengan warna coklat.
Kemudian kerusakan menyerang tongkol. Penyakit ini bisa menyerang disepanjang
musim tanam, namun kasus terbesar menyerang budidaya jagung manis yang ditanam
diluar musim atau terlambat tanam. Serangan penyakit ini menyebabkan kerusakan
yang besar, bisa menyebabkan kehilangan hinga 100%. Serangan penyakit bule bisa
dihindari dengan pemilihan varietas benih yang tahan P. Maydis, memusnahkan
tanaman terinfeksi, penanaman sesuai musim, dan rotasi tanaman.
Gejalanya terdapat bercak-bercak
bisul berwarna coklat sampai oranye pada permukaan daun bagian atas. Penyakit
ini biasanya menyerang jagung yang ditanam di daerah beriklim tropis hingga
sedang. Penyakit ini berkembang baik pada suhu 16-23oC dengan kelembaban
tinggi. Bisa dikendalikan dengan pemilihan varietas benih, menjaga sanitasi
kebun dan aplikasi biopestisida apabila bisul muncul pada permukaan daun.
- Hawar Daun (Helminthosporium Turcicum)
Penyakit ini
menyerang daun dengan gejala awal bercak-bercak kecil berbentuk oval yang
berkembang menjadi hawar berwarna coklat keabu-abuan. Biasanya serangan
ditemukan pada daun tua (bawah) kemudian menjalar ke daun muda (atas). Pada
keadaan yang parah bisa menyababkan kematian pada tanaman dengan penampakan
daun kering seperti terbakar. Untuk mengendalikannya gunakan varietas yang
tahan, pengolahan tanah yang baik, penyiangan dan pengaturan jarak tanam. Pada
budidaya jagung manis non-organik bisa diaplikasikan fungisida.
- Hawar Daun (Curvularia Sp.)
Cendawan ini menyebabkan hawar
daun dengan gejala awal bercak tak beraturan di ujung daun, pusat bercak
berwarna coklat keputihan dengan pinggiran coklat tua. Bercak meluas ke pangkal
daun hingga membuat seluruh daun mengering. Penyakit ini cepat menyebar pada
kondisi kelembaban dan curah hujan tinggi. Pengendaliannya dengan memilih
varietas tahan, perbaikan drainase tanah, meningkatkan sanitasi kebun dan
menghilangkan tanaman atau bagian tanaman yang terkena.
- Hawar pelepah (Rhizoctonia Solani)
Gejalanya berupa busuk
pada pelepah. Awalnya menyerang pada bagian tanaman yang terdekat dengan tanah
kemudian menjalar ke bagian lain. Pada varietas tertentu bida menyerang hingga
ke tongkol buah. Pengendaliannya dengan mengatur budidaya jagung manis ke musim
kemarau, menanam varietas yang memiliki jarak tongkol dari tanah cukup tinggi,
merompes daun-daun yang bersentuhan dengan tanah, menyiangi kebun, memotong
bagian tanaman yang terserang dan mengaplikasikan rotasi tanaman.
Panen Budidaya Jagung Manis
Jagung manis mulai berbunga setelah 50 hari. Sepuluh hari
sebelum panen utama, sebaiknya dilakukan panen jagung muda. Pada masa ini akan
tumbuh dua tongkol jagung, petik tongkol yang paling bawah. Pemanenan tongkol
muda dimaksudkan agar asupan nutrisi pada tongkol utama tercukupi, sehingga
hasilnya maksimal. Selain memetik tongkol muda, papaslah daun bagian bawah
sebanyak 2-3 helai. Apabila muncul kembali tunas-tunas buah muda sebelum panen
utama, petiklah sebagai panen tambahan. Panen utama budidaya jagung manis bisa
dilakukan setelah tanaman berumur 65-75 hari.
Metode panen seperti ini cocok dilakukan untuk jenis tanaman
jagung manis satu tongkol. Jenis ini digunakan luas oleh para petani di
Indonesia, seperti varietas Seleksi Dramaga-2 (SD-2). Ada juga varietas jagung
manis 2 tongkol, dimana dua tongkol jagung dibiarkan tumbuh hingga panen akhir.
Social Media